Selasa, 09 November 2010

DUNIA JALAN MENUJU AKHIRAT


Muslimstory
Sering kita dengar ucapan; ”Jangan kaitkan agama dengan politik” ketika seseorang berkampanye untuk partainya dengan membacakan beberapa ayat dan hadits, atau ”Jangan bawa-bawa agama dalam masalah seni” ketika sekelompok orang memprotes UU tentang pornografi atau “Islam yes, politik no” atau banyak kalimat lain yang senada dengan itu.
Setiap manusia akan menuju terminal yang sama yakni kematian dan kemudian akhirat. Kematian sesuatu yang pasti karena kita sering menyaksikannya, sedangkan akhirat adalah hal yang ghaib tetapi kita memperoleh informasi yang jelas dan pasti dalam al-Quran dan as-sunnah. Untuk menuju akhirat maka setiap manusia harus melalui masa kehidupan di dunia terlebih dahulu dan gerbangnya adalah kematian, tidak satupun yang langsung meloncat menuju akhirat. Kenapa Allah swt menjadikan dunia tahapan awal menuju akhirat?, karena agar manusia memperoleh kesempatan menyiapkan diri untuk menuju kehidupan akhirat yang abadi.
Dengan demikian segala kegiatan di dunia seharusnya diniatkan untuk mencari ridha Allah dengan mengikuti aturan-Nya (syari’at), tidak bisa dipisahkan urusan dunia dan akhirat dalam menjalani kehidupan. Tidak bisa dikatakan saya bekerja keras untuk urusan dunia di siang hari dan setelah itu beribadah kepada Allah swt untuk urusan akhirat di malam hari, karena bekerja itu sendiri adalah untuk menjalankan perintah Allah swt dan bernilai ibadah. Begitu juga dalam bidang lain; politik, pendidikan, perdagangan dan lain-lain, semuanya untuk mencari ridha Allah swt dan dan ada aturannya (syari’at).
Walhasil, tidak ada jalan menuju dunia dengan bekerja, sedangkan jalan menuju akhirat dengan beribadah. Yang ada hanya satu jalan menuju akhirat, awalnya di dunia dan ujungnya di akhirat. Kehidupan dunia adalah persiapan menuju akhirat dalam seluruh aktifitasnya. Begitu sederhana konsep Islam. Islam juga tidak mengenal konsep pertapaan/kerahiban (tidak boleh punya harta dan menikah) dimana mencampakkan kehidupan dunia dengan mengisolasi diri darinya, kemudian melulu melakukan ibadah tanpa peduli dengan permasalahan umat.
Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan kebahagiaanmu dari (kenikmatan) duniawi (Al-Qashash 77).
Kehancuran yang terjadi saat ini berakar dari dipisahkannya kehidupan dunia dan akhirat, kehidupan akhirat adalah melulu aktifitas ibadah dan tempatnya di masjid dan kehidupan dunia harus melepaskan semua pakaian yang berlabel agama (Islam). Korupsi yang merajalela karena mereka tidak mengaitkan dengan Islam dimana haram mengambil barang yang bukan haknya, harta tambang yang berlimpah tidak memberikan kemakmuran kepada rakyat karena penguasa tidak mengaitkan dengan Islam dimana harta ini kepemilikan umum dan alokasinya untuk kemakmuran rakyat, hidup bersama sebelum menikah karena mereka tidak mengaitkan dengan Islam dimana pernikahan bertujuan agar anak-anak mempunyai nasab (keturunan) sehingga jelas siapa yang bertanggung jawab menafkahinya. Begitu seterusnya.
Kehidupan ini menjadi ideal dan menenteramkan jika ada tujuan yang jelas setelah kehidupan, jika tidak demikian maka kehidupan ini menjadi gersang tanpa makna. Jika kita menganggap bahwa kehidupan dunia akan berhenti disini, maka berapa banyak harta yang bisa di tumpuk atau berapa tinggi jabatan yang bisa di raih, tetapi setelah kematian semuanya tidak ada artinya sama sekali. Tetapi jika semua yang diperjuangkan untuk meraih kehidupan akhirat, maka akan memberikan rasa ketenangan dan kedamaian karena ada tujuan yang hendak di raih yakni syurga-Nya Allah swt.
Begitulah Allah swt menjadikan kehidupan dunia dan akhirat satu sistem yang padu. Konsekuensinya kita harus selalu memikirkan setiap tindakan di dunia karena ada balasanya di akhirat nanti, baik maupun buruk ada balasannya, kecil maupun besar ada hitungannya.
Wallahualam

Tidak ada komentar: