Kamis, 10 Juni 2010

ANTE PARTUM BLEEDING-PERDARAHAN ANTE PARTUM – SUSPECT PLACENTA PREVIA ~ PERDARAHAN


 

1.   Pengertian
a.   Ante  Partum  Bleeding  (APB)  / perdarahan ante partum adalah  perdarahan  yang  terjadi  setelah  kehamilan  28  minggu.
Biasanya lebih banyak dan lebih berbahaya dari pada perdarahan kehamilan sebelum 28 minggu. Klasifikasi APB
-    Bersumber dari kelainan placenta
Palcentra previa
Solutio placenta
APB  yang  belum  jelas  sumbernya;  insersio  velamentosa  roptum  sinus  marginalis, plasenta sirkum vakita
-    Tidak  bersumber  dari  kelainan  placenta,  biasanya  tidak  begitu  berbahaya,  misal;  kelainan servix dan vagina (polip, erosio, varises yang pecah) serta trauma.
b.   Placenta Previa adalah keadaan dimana placenta berimplantasi pada tempat abnormal yakni pada segmen  bawah  rahim,  sehingga  menutupi  sebagian  atau  seluruh  pembukaan  jalan/ostium  uteri internal (OUI)
Klasifikasi  Placenta  Previa;  yang  pasti  belum   ada  kata  sepakat,  karena  pembagian  tidak berdasarkan  keadaan  anatomi  melainkan  keadaan  fiosiologik  yang  berubah-rubah.  Klasifikasi tersebut terdiri dari;

-    Palcenta  previa  sentralis/totalis;  bila  pada  pembukaan  4-5  cm  teraba  placenta  menutupi selutuh ostea.
-    Palcenta previa lateralis; bila pada pembukaan sebagian 4-5 cm ditutupi oleh placenta.
Palcenta previa lateralis posterior; bila sebagian menutupi ostea bagian belakang. Palcenta previa lateralis anterior; bila sebagian menutupi ostea bagian depan.
Palcenta previa marginalis; bila sebagian kecil/hanya pinggir ostea yang ditutupi placenta
Klasifikasi menurut Buku AS
-    Palcenta previa totalis; bila seluruh ostea ditutupi oleh placenta
-    Palcenta previa partialis; bila sebagian ostea ditutupi oleh placenta
-    Palcenta letak rendah/low lying placenta; bila pinggir placenta berada 3-4 cm di atas pinggir pembukaan. Pada periksa dalam tidak teraba.
Klasifikasi menurut Browne
-    Tingkat  1:  lateral  palcenta  previa;  bila  pinggir  bawah  palcenta  berinsersi  sampai  ke  SBR, namun tidak sampai ke pinggir pembukaan
-    Tingkat 2: marginal palcenta previa; bila placenta mencapai pinggir pembukaan ostea
-    Tingkat 3: complete palcenta previa; bila placenta menutupi ostea waktu tertutup, dan tidak menutupi bila pembukaan hampir lengkap.
-    Tingkat  4: central placenta previa: bila placenta menutupi seluruhnya pada pembukaan hampir lengkappun.
2.   Etiologi
Penyebab yang pasti belum diketahui dengan jelas. Faktor-faktor yang dikemukakan:
a.   Endometrium yang inferior
b.   Chorion leaves yang persistent
c.   Corpus luteum yang bereaksi lambat
Strassman    mengatakan     bahwa    faktor    terpenting     adalah    vasfolarisasi      yang    kurang     pada decidua~atropi dan peradangan
3.   Faktor-faktor Etiologi
a.   Umur dan paritas
-    Pada primigravida umur >35 tahun lebih sering dibandingkan umur < 25 tahun
-    Pada multipora lebih sering
b.   Endometrium hipoplastis: kawin dan hamil umur muda.
c.   Endometrium  bercacat  pada  bekas  persalinan  berulang-ulang,  bekas  operasi,  curettage,  dan manual placenta.
d.   Corpus luteum bereaksi lambat, dimana endometrium belum siap menerima hasil konsepsi.
e.   Adanya tumor; mioma uteri, polip endometrium.
f.    Kadang-kadang pada malnutrisi
4.   Diagnosa dan gambaran klinis
a.   Anamneses
-    Gejala pertama; perdarahan pada kehamilan setelah 28 minggu/trimester III
-    Sifat perdarahan; tanpa sebab, tanpa nyeri, berulang
-    Sebab perdarahan; placenta dan pembuluh darah yang robek; terbentuknya SBR, terbukanya osteum/manspulasi intravaginal/rectal.
-    Sedikit banyaknya perdarahan; tergantung besar atau kecilnya robekan pembuluh darah dan
placenta. b.   Inspeksi
-    Dapat dilihat perdarahan pervaginam banyak atau sedikit.
-    Jika perdarahan lebih banyak; ibu tampak anemia.
c.   Palpasi abdomen
-    Janin sering belum cukup bulan; TFU masih rendah.
-    Sering dijumpai kesalahan letak
-    Bagian   terbawah   janin   belum   turun,   apabila   letak   kepala   biasanya   kepala   masih
goyang/floating.
5.   Pengaruh Placenta Previa terhadap kehamilan
a.   Karena terhalang oleh placenta maka bagian terbawah janin tidak dapat masuk PAP. Kesalahan- kesalahan letak; letak sunsang, letak lintang, letak kepala mengapung.
b.   Sering  terjadi  partus  prematur;  rangsangan  koagulum  darah  pada  servix,  jika  banyak  placenta
yang lepas kadar progesterone menurun dan dapat terjadi His, pemeriksaan dalam.
6.   Pengaruh Placenta Previa terhadap partus
a.   Letak janin yan tidak normal; partus akan menjadi patologis
b.   Bila pada placenta previa lateralis; ketuban pecah/dipecahkan dapat terjadi prolaps funkuli
c.   Sering dijumpai insersi primer d.   Perdarahan.
7.   Komplikasi Placenta Previa
Prolaps  tali  pusat,  prolaps  placenta,  pacenta  melekat  sehingga  harus  manual  dan  kalau  perlu
dibersihkan dengan kerokan, robekan-robekan jalan lahir karena tindakan, perdarahan post partum, infeksi karena perdarahan, bayi prematur/kelahiran mati.
8.   Penanganan (pasif)
a.   Tiap perdarahan triwulan  III  yang lebih dari show harus segera dikirim ke Rumah sakit tanpa
dilakukan suatu manipulasi/UT.
b.   Apabila  perdarahan  sedikit,  janin  masih  hidup,  belum  inpartus,  kehamilan  belum  cukup  37 minggu/berat  badan  janin  kurang  dari  2.500  gram  persalinan  dapat  ditunda  dengan  istirahat, obat-obatan; spasmolitik, progestin/progesterone, observasi teliti.
c.   Siapkan  darah  untuk  transfusi  darah,  kehamilan  dipertahankan  setua  mungkin  supaya  tidak prematur
d.   Bila ada anemia; transfusi dan obat-obatan penambah darah.
Masalah Keperawatan:                                                         Masalah Kolaborasi:
§
Kekurangan cairan    
- Kekurangan Cairan
§
Distres janin
§
Potensial terjadi shock
§
Gangguan ADL
§
Cemas
Pemeriksaan Diagnostik:
§
Darah lengkap, USG
§
Hasil; Hb: 9,6   PVC: 30,0
Trombosyt: 243.000
§    Hasil  USG:  Tampak  janin  T/H  letak  lintang,  kepala  BPD=  83,5  sesuai  kehamilan  33  minggu, Placenta di SBR belakang meluas sampai menutupi Osteum Uteri Internum Grade II
Diagnosa Keperawatan:
1.   Resiko kekurangan cairan sehubungan dengan adanya perdarahan.
2.   Resiko terjadi distress janin sehubungan dengan kelainan letak placenta.
3.   Potensial terjadi shock hipovolemik sehubungan dengan adanya perdarahan.
4.   Ganguan pemenuhan kebutuhan personal hygiene sehubungan dengan aktivitas yang terbatas.
5.   Gangguan  psikologis  cemas  sehubungan  dengan  kurangnya  pengetahuan  tentang  kehamilan  yang bermasalah.
Intervensi:
Dx 1: Resiko kekurangan cairan sehubungan dengan adanya perdarahan.
a. Kaji tentang banyaknya pengeluaran caiaran (perdarahan). b. Observasi tanda-tanda vital.
c. Observasi tanda-tanda kekurangan cairan dan monitor perdarahan.
d. Pantau kadar elektrolit darah.
e. Periksa golongan darah untuk antisipasi transfusi.
f.  Jelaskan pada klien untuk mempertahankan cairan yang masuk dengan banyak minum.
g. Kolaborasi dengan dokter sehubungan dengan letak placenta.
Dx 2: Resiko terjadi distress janin sehubungan dengan kelainan letak placenta.
a. Observasi tanda-tanda vital.
b. Monitor perdarahan dan status janin. c. Pertahankan hidrasi.
d. Pertahankan tirah baring.
e. Persiapkan untuk section caesaria .
Dx 3: Potensial terjadi shock hipovolemik sehubungan dengan adanya perdarahan.
a. Observasi tanda-tanda terjadinya shock hipolemik.
b. Kaji tentang banyaknya pengeluaran cairan (perdarahan).
c. Observasi tanda-tanda vital.
d. Observasi tanda-tanda kekurangan cairan dan monitor perdarahan.
e. Pantau kadar elektrolit darah.
f.  Periksa golongan darah untuk antisipasi transfusi.
g. Jelaskan pada klien untuk mempertahankan cairan yang masuk dengan banyak minum.
Dx 4: Ganguan pemenuhan  kebutuhan personal hygiene sehubungan dengan aktivitas yang terbatas.
a. Berikan penjelasan tentang pentingnya personal hygiene
b. Berikan motivasi untuk tetap menjaga personal hygiene tanpa melakukan aktivitas yang berlebihan
c. Beri sarana penunjang atau mandikan klien bila klien masih harus bedrest
Dx 5: Gangguan      psikologis cemas      sehubungan dengan      kurangnya  pengetahuan tentang kehamilan yang bermasalah..
a. Beri dukungan dan pendidikan untuk menurunkan kecemasan dan meningkatkan pemahaman dan  kerja  sama  dengan  tetap  memberikan  informasi  tentang  status  janin,  mendengar  dengan penuh perhatian, mempertahankan kontak mata dan berkomunikasi dengan tenang, hangat dan empati yang tepat.
b. Pertahankan  hubungan  saling  percaya  dengan  komunikasi  terbuka.  Hubungan  rasa  saling percaya   terjalin   antara   perawat   dan   klien   akan   membuat   klien   mudah   mengungkapkan perasaannya dan mau bekerja sama.
c. Jelaskan  tentang  proses  perawatan  dan  prognosa  penyakit  secara  bertahap.  Dengan  mengerti tentang proses perawatan dan prognosa penyakit akan memberikan rasa tenang.
d. Identifikasi koping yang konstruksi dan kuatkan. Dengan identifikasi dan alternatif koping akan membantu klien dalam menyelesaikan masalahnya.
e. Lakukan kunjungan secara teratur untuk memberikan support system. Dengan support system akan membuat klien merasa optimis tentang kesembuhannya.
Daftar Bacaan:
Diknakes RI. (1993) Asuhan Kebidanan Pada Perawatan Payudara Dalam Konteks Keluarga, Depkes
RI, Jakarta.
FK-Unpad. (1984) Obstetri Patologi, Elstar offset, Bandung
Hamilton, Persis Mary. (1995) Dasar-Dasar Keperawatan Maternitas, EGC, Jakarta.
Prawirohardjo, Sarwono. (1986) Ilmu Kebidanan¸ Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta.
Rustam. (1988) Sinopsis Obstetri, Jakarta

Tidak ada komentar: