Senin, 07 Juni 2010

KONSEP PRILAKU SEKSUAL PRANIKAH


Perilaku Seksual Pranikah
A. Pengertian
Hubungan seksual adalah persenggamaan atau bersatunya alat kelamin laki-laki dan perempuan. Hubungan seksual pranikah adalah hubungan seksual yang dilakukan oleh dua orang yang tidak ingin hidup bersama dalam perkawinan atau keluarga (Mu’tadin, 2002). Selain itu hubungan seksual pranikah juga diartikan sebagai hubungan seksual sebelum adanya ikatan perkawinan yang sah, baik hubungan seksual yang penetratif (penis dimasukkan kedalam vagina) maupun yang non penetratif (penis tidak dimasukkan kedalam vagina). Perilaku seksual adalah perilaku yang melibatkan sentuhan secara fisik dari anggota badan antara pria dan wanita yang telah mencapai pada tahap hubungan intim, yang biasanya dilakukan oleh pasangan suami istri. Sedangkan perilaku seksual pranikah merupakan perilaku seksual yang dilakukan tanpa melalui proses pernikahan yang resmi menurut hukum maupun menurut agama dan kepercayaan masing-masing individu (Hidayatul, 2008).
Dengan matangnya fungsi-fungsi organ seksual pada remaja, maka timbul pula dorongan-dorongan dan keinginan untuk memuaskan seksual yaitu dengan khayalan, membaca buku atau memutar film porno (Purwanto, 1999).
B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Seksual Pranikah
Faktor-faktor yang mempengaruhi seksual pranikah adalah sebagai berikut:
1. Faktor eksternal
Pergaulan bebas tanpa kendali orang tua yang menyebabkan remaja merasa bebas untuk melakukan apa saja Perkembangan teknologi media komunikasi yang semakin canggih, memungkinkan remaja dapat mengakses informasi apa saja termasuk hal-hal yang negatif. Kurangnya pengetahuan remaja tentang seksual. Seksualitas dianggap masih tabu untuk dibicarakan bagi kalangan orang tua kepada anaknya, sehingga remaja mencari informasi dari tempat lain misalnya dari VCD ataupun buku-buku yang dikategorikan porno, termasuk berbagai tayangan TV yang semakin vulgar dan juga teman yang tidak memiliki pemahaman yang benar tentang seksual (Astini, 2009) .
2. Faktor Internal
Terjadinya perubahan-perubahan hormonal seperti peningkatan hormon testoteron pada laki-laki dan estrogen pada perempuan, padat meningkatkan hasrat seksual (libido seksualitas) remaja. Peningkatan hasrat ini membutuhkan penyaluran dalam bentuk tingkah laku (Ginting, 2008).
C. Bentuk-bentuk Perilaku Seksual Pranikah pada Remaja
1. Berpegangan tangan
Perilaku seksual ini biasanya dapat menimbulkan keinginan untuk mencoba aktivitas seksual lainnya, sehingga kepuasan seksual lainnya tercapai (Irawati,1999).
2. Berpelukan
Perilaku seksual berpelukan akan membuat jantung berdegup lebih cepat dan menimbulkan rangsangan seksual pada individu (Irawati, 1999).
3. Cium kering
Perilaku seksual cium kering berupa sentuhan pipi dengan pipi dan pipi dengan bibir (Ginting, 2008). Dampak dari cium pipi bisa mengakibatkan imajinasi atau fantasi seksual menjadi berkembang disamping juga dapat menimbulkan keinginan untuk melanjutkan ke bentuk aktifitas seksual lainnya yang lebih dapat dinikmati (Irawati, 1999).
4. Cium basah
Aktifitas cium basah berupa sentuhan bibir dengan bibir (Irawati,1999). Dampak dari cium bibir dapat menimbulkan sensasi seksual yang kuat dan menimbulkan dorongan seksual hingga tidak terkendali, dan apabila dilakukan terus menerus akan menimbulkan perasaan ingin mengulanginya lagi (Ginting, 2008).
5. Meraba bagian tubuh yang sensitif
Merupakan suatu kegiatan meraba atau memegang bagian tubuh yang sensitif seperti payudara, vagina dan penis (Ginting, 2008). Dampak dari tersentuhnya bagian yang paling sensitif tersebut akan menimbulkan rangsangan seksual sehingga melemahkan kontrol diri dan akal sehat, akibatnya bisa melakukan aktifitas seksual selanjutnya seperti intercourse (Irawati,1999).
6. Petting
Merupakan keseluruhan aktifitas seksual non intercourse (hingga menempelkan alat kelamin), dampak dari petting yaitu timbulnya ketagihan (Ginting, 2008).
7. Oral seksual
Oral seksual pada laki-laki adalah ketika seseorang menggunakan bibir, mulut dan lidahnya pada penis dan sekitarnya, sedangkan pada wanita melibatkan bagian di sekitar vulva yaitu labia, klitoris, dan bagian dalam vagina (Ginting, 2008).
8. Intercource atau bersenggama
Merupakan aktifitas seksual dengan memasukan alat kelamin laki-laki ke dalam alat kelamin perempuan, dampak dari hubungan seksual pranikah adalah perasaan bersalah, dan berdosa terutama pada saat pertama kali, ketagihan, kehamilan sehingga terpaksa menikah dan aborsi, kematian dan kemandulan akibat aborsi, resiko terkena Perilaku Menular Seksual atau HIV, sangsi sosial, agama serta norma, hilangnya keperawanan dan perjakaan, merusak masa depan (terpaksa drop out sekolah) (Ginting, 1999).
D. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Seksual Pranikah
Sarwono (2003), mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku seksual adalah :
1. Perubahan hormonal
yaitu terjadinya perubahan seperti peningkatan hormon testosteron pada laki-laki dan estrogen pada perempuan, dapat menimbulkan hasrat (libido seksualitas) remaja. Peningkatan hasrat seksual ini membutuhkan penyaluran dalam bentuk tingkah laku seksual tertentu (Sarwono, 2003).
2. Penundaan usia perkawinan
Merupakan penyaluran hasrat seksual yang tidak dapat segera dilakukan karena adanya penundaan usia perkawinan, baik secara hukum oleh karena adanya undang-undang tentang perkawinan yang menetapkan batas usia minimal (sedikitnya 16 tahun untuk wanita dan 19 tahun untuk laki-laki) (Sarwono, 2003).
3. Norma-norma di masyarakat
Yaitu norma-norma agama tetap yang berlaku dimana seseorang dilarang untuk melakukan hubungan seks sebelum menikah, bahkan larangannya berkembang lebih jauh kepada tingkah laku yang lain seperti berciuman dan masturbasi. Remaja yang tidak dapat menahan diri akan terdapat kecenderungan untuk melanggar saja larangan-larangan tersebut. Norma budaya dalam perilaku seksual pranikah adalah tidak melakukan hubungan seks sebelum menikah (Sarwono, 2003).
4. Penyebaran informasi melalui media massa
Merupakan kecenderungan pelanggaran semakin meningkat oleh karena adanya penyebaran informasi dan rangsangan seksual melalui media massa dengan adanya teknologi canggih (video cassette, foto copy, satelite palapa, dan lain-lain) menjadi tidak terbendung lagi. Remaja yang sedang dalam periode ingin tahu dan ingin mencoba, akan meniru apa yang dilihat atau didengarnya dari media massa, khususnya karena mereka pada umumnya belum pernah mengetahui masalah seksual secara lengkap dari orang tuanya (Sarwono, 2003).
5. Tabu-larangan
Orang tua sendiri baik karena ketidak tahuannya maupun karena sikapnya yang masih mentabukan pembicaraan mengenai seks dengan anak, tidak terbuka terhadap anak sehingga cenderung membuat jarak dengan anak dalam masalah seksual (Sarwono, 2003).
6. Pergaulan yang makin bebas.
Adanya kecenderungan pergaulan yang makin bebas antara laki-laki dan perempuan dalam masyarakat, sebagai akibat berkembangnya peran dan pendidikan wanita sehingga kedudukan perempuan makin sejajar dengan laki-laki (Sarwono, 2003).
E. Dampak Perilaku Seksual Pranikah
Perilaku seksual pranikah dapat menimbulkan berbagai dampak negatif pada remaja yaitu :
1. Dampak fisiologis
Dampak fisiologis dari perilaku seksual pranikah diantaranya kehamilan tidak diinginkan, aborsi, resiko terkena penyakit menular seksual (PMS) dan resiko tertular Human Immunodeficiency Virus / Acquired Immune Deficiency Syndrome (HIV/AIDS) jika remaja melakukan hubungan seks dengan berganti-ganti pasangan (Santrock, 2003).
Kehamilan yang tidak diinginkan pada remaja dapat meningkatkan resiko kesehatan bagi ibu dan anaknya. Salah satu faktor yang penting dalam kehamilan adalah umur ibu waktu hamil. Usia remaja (dibawah 20 tahun) dianggap sangat berbahaya untuk kehamilan sebab secara fisik tubuh ibu sendiri masih dalam masa pertumbuhan, organ-organ reproduksi masih belum matang. Bayi yang dilahirkan oleh ibu remaja cenderung memiliki berat badan lebih rendah dan kematian pada bayi (Santrock, 2003).
Dampak yang berikutnya aborsi, tidak sedikit remaja yang mengalami kehamilan yang tidak diinginkan mengambil jalan pintas dengan melakukan aborsi, padahal aborsi sangat berbahaya, diantaranya : Infeksi alat reproduksi karena melakukan kuretase yang dilakukan secara tidak steril. Hal ini dapat membuat remaja mengalami kemandulan dikemudian hari setelah menikah. Perdarahan, sehingga remaja dapat mengalami shock akibat perdarahan dan gangguan neurologist. Selain itu, perdarahan juga dapat mengakibatkan kematian ibu dan anak atau keduanya. Resiko terjadinya rupture uterus atau robeknya rahim lebih besar, juga menipisnya dinding rahim akibat kuretase. Terjadinya fistula genitalia traumatis, suatu saluran atau hubungan antara genital dan saluran kencing atau saluran pencernaan yang secara normal tidak ada (Santrock, 2003).
Dampak yang selanjutnya adalah penyakit menular seksual yaitu merupakan infeksi atau penyakit yang kebanyakan ditularkan melalui hubungan seksual. Penyakit menular seksual berbahaya karena dapat menimbulkan kemandulan, menyebabkan kemandulan, kanker rahim, merusak penglihatan, merusak otak dan hati, dapat menular pada bayi, dapat menyebabkan seseorang rentan terhadap Human Immunodeficiency Virus / Acquired Immune Deficiency Syndrome (HIV/AIDS), serta beberapa penyakit menular seksual ada yang tidak bisa disembuhkan. Beberapa penyakit menular seksual diantaranya adalah Gonnorhea, Sifilis, Chlamydia, dan Herpes genitalis (Santrock, 2003).
Dampak fisiologis yang terakhir adalah Human Immunodeficiency Virus / Acquired Immune Deficiency Syndrome. Acquired Immune Deficiency Syndrome adalah sekumpulan gejala penyakit yang timbul karena turunnya kekebalan tubuh. Acquired Immune Deficiency Syndrome disebabkan karena adanya virus HIV (Human Immunodeficiency Virus) didalam tubuh. Virus HIV (Human Immunodeficiency Virus) ini hidup didalam 4 cairan tubuh manusia yaitu cairan darah, cairan sperma, cairan vagina, dan air susu ibu. Kebanyakan remaja yang terinfeksi Human Immunodeficiency Virus tidak akan sakit sampai mereka dewasa karena waktu laten yang terjadi sejak terinfeksi untuk kali pertamanya sampai munculnya penyakit berkisar 5 sampai 7 tahun (Santrock, 2003).
2. Dampak psikologis
Menurut Sarwono (2003) dampak psikologis dari perilaku seksual pranikah diantaranya perasaan marah, takut, cemas, depresi, rendah diri, bersalah dan berdosa. Dampak sosial dari perilaku seksual pranikah diantaranya dikucilkan, cemoohan masyarakat, putus sekolah pada remaja perempuan yang hamil, dan perubahan peran ibu.
DAFTAR PUSTAKA
Astini. (2008). Seks pranikah ancaman masa depan remaja. Available : http://www.Osis-smandapura. Net/index.Php?pilih=hal &id=20.
Ginting, Perana. (2008). Persepsi Remaja Terhadap Perilaku Seksual Pranikah. Available : http : //www.indoskripsi.com.
Hidayatul, F, Anung. (2008). Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Persepsi Tentang Hubungan Seksual Pra Nikah di SMA N 2 Semarang. UNIMUS : Tidak dipublikasikan.
Irawati, I. (1999). Modul Perkembangan Seksualitas Remaja. Bandung : PKBI – UNFPA.
Mutadin, Z., (2002). Pendidikan seksual pada remaja. Available : http : //www. e-psikologi.com.
Purwanto. (1999). Pengantar Perilaku Manusia Untuk Keperawatan. Jakarta: EGC.
Sarwono, S.W. (2003). Psikologi Remaja. Edisi I. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
Santrock, J.W. (2003). Adolescence : Perkembangan Remaja . Alih bahasa oleh : Shinto B.A dan S. Saragih. Jakarta : Penerbit Erlangga.

Tidak ada komentar: